Friday 11 November 2016

adele .some one like you+ arti

lirik lagu adele someone like you

I heard
That you’re settled down
That you
Found a girl
And you’re
Married now
I heard
That your dreams came true.
Guess she gave you things
I didn’t give to you
Old friend
Why are you so shy?
Ain’t like you to hold back
Or hide from the light
I hate to turn up out of the blue uninvited
But I couldn’t stay away, I couldn’t fight it.
I had hoped you’d see my face and that you’d be reminded
That for me it isn’t over
Never mind
I’ll find someone like you
I wish nothing but the best for you too
“Don’t forget me,” I begged
“I’ll remember,” you said
“Sometimes it lasts in love
But sometimes it hurts instead.”
Sometimes it lasts in love
But sometimes it hurts instead,
Yeah.
You know how the time flies
Only yesterday
It was the time of our lives
We were born and raised
In a summer haze
Bound by the surprise
Of our glory days
I hate to turn up out of the blue uninvited
But I couldn’t stay away, I couldn’t fight it.
I had hoped you’d see my face and that you’d be reminded
That for me it isn’t over.
Never mind
I’ll find someone like you
I wish nothing but the best for you too
“Don’t forget me,” I begged
“I’ll remember,” you said
“Sometimes it lasts in love
But sometimes it hurts instead.”
Nothing compares
No worries or cares
Regrets and mistakes
They are memories made.
Who would have known
How bittersweet this would taste?
Never mind
I’ll find someone like you
I wish nothing but the best for you too
“Don’t forget me,” I begged
“I’ll remember,” you said
“Sometimes it lasts in love
But sometimes it hurts instead”
Never mind
I’ll find someone like you
I wish nothing but the best for you too
“Don’t forget me,” I begged
“I’ll remember,” you said
“Sometimes it lasts in love
But sometimes it hurts instead”
Sometimes it lasts in love
But sometimes it hurts instead

Arti Lirik Someone Like You

aku mendengar
Bahwa kau duduk
bahwa Anda
Ditemukan seorang gadis
Dan kau
menikah sekarang
aku mendengar
Itu impian Anda menjadi kenyataan.
Kira dia memberi Anda hal-hal
Aku tidak memberikan kepada Anda
teman lama
Mengapa kau begitu pemalu?
Tidak seperti Anda untuk menahan
Atau bersembunyi dari cahaya
Aku benci untuk muncul keluar dari biru diundang
Tapi aku tidak bisa menjauh, aku tidak bisa melawannya.
Saya berharap Anda akan melihat wajahku dan bahwa Anda akan diingatkan
Itu bagi saya itu belum berakhir
sudahlah
Aku akan menemukan seseorang seperti Anda
Saya berharap apa-apa selain yang terbaik untuk Anda juga
“Jangan lupakan aku,” aku memohon
“Aku akan ingat,” kata Anda
“Kadang-kadang berlangsung dalam cinta
Tapi kadang-kadang sakit sebagai gantinya. ”
Kadang-kadang berlangsung dalam cinta
Tapi kadang-kadang sakit sebagai gantinya,
Ya.
Kau tahu bagaimana waktu lalat
Baru kemarin
Itu adalah waktu hidup kita
Kami lahir dan dibesarkan
Dalam kabut musim panas
Terikat oleh kejutan
Dari hari kemuliaan kita
Aku benci untuk muncul keluar dari biru diundang
Tapi aku tidak bisa menjauh, aku tidak bisa melawannya.
Saya berharap Anda akan melihat wajahku dan bahwa Anda akan diingatkan
Itu bagi saya itu belum berakhir.
sudahlah
Aku akan menemukan seseorang seperti Anda
Saya berharap apa-apa selain yang terbaik untuk Anda juga
“Jangan lupakan aku,” aku memohon
“Aku akan ingat,” kata Anda
“Kadang-kadang berlangsung dalam cinta
Tapi kadang-kadang sakit sebagai gantinya. ”
Tidak ada yang sebanding
Jangan khawatir atau peduli
Menyesal dan kesalahan
Mereka adalah kenangan yang dibuat.
Siapa yang akan tahu
Bagaimana pahit ini akan rasa?
sudahlah
Aku akan menemukan seseorang seperti Anda
Saya berharap apa-apa selain yang terbaik untuk Anda juga
“Jangan lupakan aku,” aku memohon
“Aku akan ingat,” kata Anda
“Kadang-kadang berlangsung dalam cinta
Tapi kadang-kadang menyakitkan bukan ”
sudahlah
Aku akan menemukan seseorang seperti Anda
Saya berharap apa-apa selain yang terbaik untuk Anda juga
“Jangan lupakan aku,” aku memohon
“Aku akan ingat,” kata Anda
“Kadang-kadang berlangsung dalam cinta
Tapi kadang-kadang menyakitkan bukan ”
Kadang-kadang berlangsung dalam cinta
Tapi kadang-kadang menyakitkan bukan

kun anta +arti

Liujarihim, qoldat tu zohiru ma fihim
Pabadautu shakhson a-khar, kai atafa-khar,
Wa zonan tu ana, anni bizalika huztu ghina,
Fawajad tu anni kha-sir, fatilka mazohir,
La la,
La nahtajul ma-la,
Kai nazdada jama-la,
Jauharna huna,
Fi qalbi talala,
La la,
Nurdhin nasi bima-la,
Nardhohu la na ha-la,
Za-ka jamaluna,
Yasmu yataa’la
Oh Wo Oh(6x),
Kun anta tazdada jamala Attaqabbalhum, anna-su lastu qalliduhum,
Illa bima yurdhi-ni, kai urdhi-ni,
Sa akunu ana, mithli tamaman hazana,
Fakona a’ti takfini, za-ka yaqi-ni,
La la,
La nahtajul ma-la,
Kai nazdada jama-la,
Jauharna huna,
Fi qalbi talala,
La la,
Nurdhin nasi bima-la,
Nardhohu la na ha-la,
Za-ka jamaluna,
Yasmu yataa’la
Oh Wo Oh(6x)
Kun anta tazdada jamala
Saakunu ana, man ardho ana, lan asa’ la liri dhohum,
Waakunu ana, ma ahwa ana, ma-li wama liridhohum,
Saakunu ana, man ardho ana, lan asa’ la liri dhohum,
Waakunu ana, ma ahwa ana, lan ardho ana biridhohum
La la,
La nahtajul ma-la,
Kai nazdada jama-la,
Jauharna huna,
Fi qalbi talala,
La la,
Nurdhin nasi bima-la,
Nardhohu la na ha-la,
Za-ka jamaluna,
Yasmu yataa’la
Oh Wo Oh(6x),
Kun anta tazdada jamala
Oh Wo Oh(6x),
Kun anta tazdada jamala

Terjemahan Lirik Lagu Kun Anta

Saat ingin bersaing dengan yang lain,
Aku ingin meniru perwatakan luar dan dalamnya
Jadi aku boleh menjadi seorang yang lain hanya untuk berbangga
Dan aku kira jika aku seperti itu aku akan dapat kelebihan
Tapi yang kuperolehi hanyalah kerugian di atas perwatakanku ini
Tidak tidak
Kita tidak memerlukan harta
Untuk menambahkan kecantikan,
Kecantikan dalaman (jauhari)
Ada di sini di dalam hati ia bersinar
Tidak tidak
Kita tak perlu memandang pandangan orang lain
Untuk apa yang tidak ada, yang tidak sesuai dengan kita,
Itulah kecantikan kita,
Semakin bertambah hingga ke atas
Oh Wo Oh (6x),
Jadilah diri kamu sendiri pasti akan menambahkan lagi kecantikan yang ada
Oh Wo Oh (6x),
Jadilah diri kamu sendiri pasti akan menambahkan lagi kecantikan yang ada
Sungguh aku menerima mereka tetapi tidak pula aku meniru perwatakan mereka
Melainkan apa yang aku terima itu aku telah redha
Aku ingin menjadi seperti diri aku sendiri inilah aku
Hal ini kurasakan sudah cukup dan aku sangat pasti
Tidak tidak
Kita tidak memerlukan harta
Untuk menambahkan kecantikan,
Kecantikan dalaman (jauhari)
Ada di sini di dalam hati ia bersinar
Tidak tidak
Kita tak perlu memandang pandangan orang lain
Untuk apa yang tidak ada, yang tidak sesuai dengan kita,
Itulah kecantikan kita,
Semakin bertambah hingga ke atas
Oh Wo Oh (6x),
Jadilah diri kamu sendiri pasti akan menambahkan lagi kecantikan yang ada
Oh Wo Oh (6x),
Aku akan jadi mengikut kemampuan diriku
Aku tidak perlukan orang lain menerimaku
Aku akan jadi apa yang aku suka
Kenapa aku harus peduli tentang penerimaan mereka terhadapku?
Tidak tidak
Kita tidak memerlukan harta
Untuk menambahkan kecantikan,
Kecantikan dalaman (jauhari)
Ada di sini di dalam hati ia bersinar
Tidak tidak
Kita tak perlu memandang pandangan orang lain
Untuk apa yang tidak ada, yang tidak sesuai dengan kita,
Itulah kecantikan kita,
Semakin bertambah hingga ke atas
Oh Wo Oh (6x),
Jadilah diri kamu sendiri pasti akan menambahkan lagi kecantikan yang ada
Oh Wo Oh (6x),
Jadilah diri kamu sendiri pasti akan menambahkan lagi kecantikan yang ada

DIA > anji

Lirik lagu: Dia
Di suatu hari
Tanpa sengaja kita bertemu
Aku yang pernah terluka
Kembali mengenal cinta

Hati ini kembali temukan
Senyum yang hilang
Semua itu karena dia

Oh Tuhan, ku cinta dia
Ku sayang dia, rindu dia
Inginkan dia

Utuhkanlah rasa cinta di hatiku...
Hanya padanya, untuk dia

Jauh waktu berjalan kita lalui bersama
Betapa di setiap hari, ku jatuh cinta padanya
Dicintai oleh dia ku merasa sempurna
Semua itu karena dia

Oh Tuhan ku cinta dia
Ku sayang dia, rindu dia
Inginkan dia
Utuhkanlah rasa cinta di hatiku
Hanya padanya, untuk dia

oh Tuhan ku cinta dia
ku sayang dia, rindu dia
Inginkan dia
Utuhkanlah rasa cinta di hatiku
Hanya padanya, untuk dia, hanya padanya
Untuk dia


Read more: http://www.wowkeren.com/lirik/anji/dia.html#ixzz4PhX84A8G

lirik jomblo happy

Lirik lagu: Jomblo Happy
Sedikit pun ku tak merasa malu
Tanpa ada kekasih di hatiku
Bukan berarti ku tak punya rasa
Untuk menjalin cinta

Ku tak pernah merasa kesepian
Atau mengangap sebuah cobaan
Hidup ku ini penuh dengan cinta
Dan ku sangat bahagia

Jomblo happy
Memang pilihan hati
Bukan karna tak mampu
Untuk cari kekasih

Jomblo happy
Memang pilihan hati
Biar ku bisa bebas
Terbang kesana sini

Aku masih ingin terbang ke bulan
Dan memeluk semua bintang-bintang
Aku masih ingin terus berjalan
Tanpa ada ikatan

Tak kan ku biarkan rasa kecewa
Membuat ku diam dan tak bersuara
Ku yakin di suatu saat nanti
Ada cinta abadi

Jomblo happy
Memang pilihan hati
Bukan karna tak mampu
Untuk cari kekasih

Jomblo happy
Memang pilihan hati
Biar ku bisa bebas
Terbang kesana sini

Jomblo happy
Memang pilihan hati
Bukan karna tak mampu
Untuk cari kekasih

Jomblo happy
Memang pilihan hati
Biar ku bisa bebas
Terbang kesana sini

Jomblo happy
Memang pilihan hati
Bukan karna tak mampu
Untuk cari kekasih

Jomblo happy
Memang pilihan hati
Biar ku bisa bebas
Terbang kesana sini
Jomblo happy


Read more: http://www.wowkeren.com/lirik/gamma1/jomblo-happy.html#ixzz4PhWHyooY

Friday 4 November 2016

remaja

Suatu hari seorang sahabat saya pergi ke rumah orang jompo atau lebih terkenal dengan sebutan panti werdha bersama dengan teman-temannya. Kebiasaan ini mereka lakukan untuk lebih banyak mengenal bahwa akan lebih membahagiakan kalau kita bisa berbagi pada orang-orang yang kesepian dalam hidupnya.
Ketika teman saya sedang berbicara dengan beberapa ibu-ibu tua, tiba-tiba mata teman saya tertumpu pada seorang opa tua yang duduk menyendiri sambil menatap kedepan dengan tatapan kosong.
Lalu sang teman mencoba mendekati opa itu dan mencoba mengajaknya berbicara. Perlahan tapi pasti sang opa akhirnya mau mengobrol dengannya sampai akhirnya si opa menceritakan kisah hidupnya.
Si opa memulai cerita tentang hidupnya sambil menghela napas panjang. Sejak masa muda saya menghabiskan waktu saya untuk terus mencari usaha yang baik untuk keluarga saya, khususnya untuk anak-anak yang sangat saya cintai. Sampai akhirnya saya mencapai puncaknya dimana kami bisa tinggal dirumah yang sangat besar dengan segala fasilitas yang sangat bagus.
Demikian pula dengan anak-anak saya, mereka semua berhasil sekolah sampai keluar negeri dengan Biaya yang tidak pernah saya batasi. Akhirnya mereka semua berhasil dalam sekolah juga dalam usahanya dan juga dalam berkeluarga.
Tibalah dimana kami sebagai orangtua merasa sudah saatnya pensiun dan menuai hasil panen kami. Tiba-tiba istri tercinta saya yang selalu setia menemani saya dari sejak saya memulai kehidupan ini meninggal dunia karena sakit yang sangat mendadak. Lalu sejak kematian istri saya tinggallah saya hanya dengan para pembantu kami karena anak-anak kami semua tidak ada yang mau menemani saya karena mereka sudah mempunyai rumah yang juga besar. Hidup saya rasanya hilang, tiada lagi orang yang mau menemani saya setiap saat saya memerlukan nya.
Tidak sebulan sekali anak-anak mau menjenguk saya ataupun memberi kabar melalui telepon. Lalu tiba-tiba anak sulung saya datang dan mengatakan kalau dia akan menjual rumah karena selain tidak effisien juga toh saya dapat ikut tinggal dengannya. Dengan hati yang berbunga saya menyetujuinya karena toh saya juga tidak memerlukan rumah besar lagi tapi tanpa ada orang-orang yang saya kasihi di dalamnya. Setelah itu saya ikut dengan anak saya yang sulung.
Tapi apa yang saya dapatkan ? setiap hari mereka sibuk sendiri-sendiri dan kalaupun mereka ada di rumah tak pernah sekalipun mereka mau menyapa saya. Semua keperluan saya pembantu yang memberi. Untunglah saya selalu hidup teratur dari muda maka meskipun sudah tua saya tidak pernah sakit-sakitan.
Lalu saya tinggal dirumah anak saya yang lain. Saya berharap kalau saya akan mendapatkan sukacita idalamnya, tapi rupanya tidak. Yang lebih menyakitkan semua alat-alat untuk saya pakai mereka ganti, mereka menyediakan semua peralatan dari kayu dengan alasan untuk keselamatan saya tapi sebetulnya mereka sayang dan takut kalau saya memecahkan alat-alat mereka yang mahal-mahal itu. Setiap hari saya makan dan minum dari alat-alat kayu atau plastik yang sama dengan yang mereka sediakan untuk para pembantu dan anjing mereka. Setiap hari saya makan dan minum sambil mengucurkan airmata dan bertanya dimanakah hati nurani mereka?
Akhirnya saya tinggal dengan anak saya yang terkecil, anak yang dulu sangat saya kasihi melebihi yang lain karena dia dulu adalah seorang anak yang sangat memberikan kesukacitaan pada kami semua. Tapi apa yang saya dapatkan?
Setelah beberapa lama saya tinggal disana akhirnya anak saya dan istrinya mendatangi saya lalu mengatakan bahwa mereka akan mengirim saya untuk tinggal di panti jompo dengan alasan supaya saya punya teman untuk berkumpul dan juga mereka berjanji akan selalu mengunjungi saya.
Sekarang sudah 2 tahun saya disini tapi tidak sekalipun dari mereka yang datang untuk mengunjungi saya apalagi membawakan makanan kesukaan saya. Hilanglah semua harapan saya tentang anak-anak yang saya besarkan dengan segala kasih sayang dan kucuran keringat. Saya bertanya-tanya mengapa kehidupan hari tua saya demikian menyedihkan padahal saya bukanlah orangtua yang menyusahkan, semua harta saya mereka ambil. Saya hanya minta sedikit perhatian dari mereka tapi mereka sibuk dengan diri sendiri.
Kadang saya menyesali diri mengapa saya bisa mendapatkan anak-anak yang demikian buruk. Masih untung disini saya punya teman-teman dan juga kunjungan dari sahabat – sahabat yang mengasihi saya tapi tetap saya merindukan anak-anak saya.
Sejak itu sahabat saya selalu menyempatkan diri untuk datang kesana dan berbicara dengan sang opa.
Lambat laun tapi pasti kesepian di mata sang opa berganti dengan keceriaan apalagi kalau sekali-sekali teman saya membawa serta anak-anaknya untuk berkunjung.
Sampai hatikah kita membiarkan para orangtua kesepian dan menyesali hidupnya hanya karena semua kesibukan hidup kita.
Bukankah suatu haripun kita akan sama dengan mereka, tua dan kesepian ? Ingatlah bahwa tanpa Ayah dan Ibu, kita tidak akan ada di dunia dan menjadi seperti ini.
Jika kamu masih mempunyai orang tua, bersyukurlah sebab banyak anak yatim-piatu yang merindukan kasih sayang orang tua.

Thursday 3 November 2016

"citra.. bangun, sarapanmu sudah mama siapkan di meja." Tradisi ini sudah berlangsung 26 tahun, sejak pertama kali aku bisa mengingat, tapi kebiasaan mama tak pernah berubah.

"Mama sayang, nggak usah repot repot Ma. Aku sudah dewasa," pintaku pada mama pada suatu pagi.

Wajah tua itu langsung berubah.

Ketika mama mengajakku makan siang di sebuah restoran. Buru - buru kukeluarkan uang dan kubayar semuanya, ingin kubalas jasa mama selama ini dengan hasil keringatku.

Raut sedih itu tidak bisa disembunyikan.

Kenapa mama mudah sekali sedih ? Aku hanya bisa mereka - reka, mungkin sekarang fasenya aku mengalami kesulitan memahami mama karena dari sebuah artikel yang kubaca. Orang yang lanjut usia bisa sangat sensitif dan cenderung bersikap kekanak - kanakan. Tetapi entahlah ... niatku ingin membahagiakan malah membuat mama sedih. Seperti biasa, mama tidak akan pernah mengatakan apa - apa.

Suatu hari kuberanikan diri untuk bertanya, "Ma, maafin aku kalau telah menyakiti perasaan Mama, apa yang bikin Mama sedih ?" Kutatap sudut - sudut mata mama, ada genangan air mata disana.

Terbata - bata mama berkata, "Tiba - tiba mama merasa kalian tidak lagi membutuhkan mama. Kamu sudah dewasa, sudah bisa menghidupi diri sendiri. Mama tidak boleh lagi menyiapkan sarapan untuk kamu, mama tidak bisa lagi jajanin kamu. Semua sudah bisa kamu lakukan sendiri."

Ya Allah, ternyata untuk seorang ibu, bersusah payah melayani putra - putrinya adalah sebuah kebahagiaan. Satu hal yang tidak pernah kusadari sebelumnya. Niat membahagiakan bisa jadi malah membuat orang tua menjadi sedih karena kita tidak berusaha untuk saling membuka diri melihat arti kebahagiaan dari sudut pandang masing - masing. Diam - diam aku merenungkan. Apa yang telah kupersembahkan untuk mama dalam usiaku sekarang ? Adakah mama bahagia dan bangga pada putrinya ?

Ketika itu kutanya pada mama. Mama menjawab, "Banyak sekali Nak, kebahagiaan yang telah kami berika pada mama. Kamu tumbuh sehat dan lucu ketika bayi adalah kebahagiaan. Kamu berprestasi di sekolah adalah kebanggaan untuk mama. Setelah dewasa, kamu berperilaku sebagaimana seharusnya seorang hamba, itu kebahagiaan buat mama. Setiap kali binar matamu mengisyaratkan kebahagiaan disitulah kebahagiaan orang tua."

Lagi - lagi aku hanya bisa berucap, "Ampunkan aku ya, Allah kalau selama ini sedikit sekali ketulusan yang kuberikan kepada Mama. Masih banyak alasan ketika Mama menginginkan sesuatu." Betapa sabarnya mamaku melalui liku - liku kehidupan.

Mamaku seorang yang idealis, menara keluarga, merawat, dan mendidik anak - anak adalah hak prerogratif seorang ibu yang takkan bisa dilimpahkan kepada siapa pun. Maafkan kami, Mama yang 18 jam sehari sebagai 'pekerja' seakan tidak pernah membuat mama lelah. Sanggupkah aku ya, Allah ?

"citra, bangun Nak ! Sarapannya sudah mama siapkan di meja."

Kali ini aku melompat, sesegera mungkin kubuka pintu kamar dan kurangkul mama sehangat mungkin, kuciumi pipinya yang mulai keriput, kutatap matanya lekat - lekat dan kuucapkan "Terima kasih Mama, aku  beruntung sekali memiliki mama yang baik hati. Izinkan aku membahagiakan Mama."

Kulihat binar itu memacarkan kebahagiaan.

Cintaku ini milikmu, Mama. Aku masih sangat membutuhkanmu. Maafkan aku yang belum bisa menjabarkan arti kebahagiaan buat dirimu. Tidak selamanya kata sayang harus diungkapkan dengan kalimat, "Aku sayang kepadamu." Namun begitu, Tuhan menyuruh kita untuk menyampaikan rasa cinta yang kita miliki kepada orang yang kita cintai. Kita mulai dari orang terdekat yang sangat mencintai kita, ibu. Walau mereka tak pernah meminta, percayalah kata - kata itu akan membuat mereka sangat berarti dan bahagia.

"Ya Allah, cintailah mamaku, beri aku kesempatan untuk bisa membahagiakan Mama. Jika saatnya Mama Kau panggil, terimalah dan jagalah ia di sisiMu. Titip mamaku ya Rabbi"

cerita inspiratif

Matahari di padang pasir terasa membakar. Hanya sesekali angin bertiup, menerbangkan debu-debu yang memerihkan mata. Membuat seorang pemuda kerepotan mengarungi samudera pasir yang membentang luas. Namun, hatinya sedikit tenang. Unta yang di tungganginya masih muda dan kuat. Ia berharap kendaraannya ini sanggup untuk menempuh perjalanan yang jauh. Karena masih ada separuh perjalanan lagi yang harus ditempuh Sang Pemuda.

“Mudah - mudahan aku selamat sampai Makkah," katanya penuh harap. "Dan, segera melihat Baitullah yang selama ini aku rindukan.” 

Panggilan rukun Islam kelima itulah yang telah membulatkan tekadnya mengarungi padang pasir yang terik.

Di tengah perjalanan, tiba - tiba Pemuda itu menatap tajam ke arah seseorang yang tengah berjalan sendirian di padang pasir.

'Kenapa orang itu berjalan sendiri di tempat seperti ini ?' tanya pemuda itu dalam hati. Sungguh berbahaya.

Pemuda tersebut menghentikan untanya di dekat orang itu. Ternyata, ia adalah seorang lelaki tua. Berjalan terseok - seok di bawah terik matahari. Lalu, Pemuda itu segera turun dari kendaraannya dan menghampiri.

“Wahai Bapak Tua, Bapak mau pergi ke mana ?” tanyanya ingin tahu.

“In syaa Allah, aku akan ke Baitullah,” jawab orang tua itu dengan tenang.

“Benarkah ?!” Pemuda itu terperanjat. Apa orang tua itu sudah tidak waras ? Ke Baitullah dengan berjalan kaki ?

“Betul Nak, aku akan melaksanakan ibadah haji,” kata orang tua itu meyakinkan.

“Maa sya Allah, Baitullah itu jauh sekali dari sini. Bagaimana kalau Bapak tersesat atau mati kelaparan ? Lagi pula, semua orang yang kesana harus naik kendaraan. Kalau tidak naik unta, bisa naik kuda. Kalau berjalan kaki seperti Bapak, kapan Bapak bisa sampai ke sana ?” Pemuda itu tercenung, merasa takjub dengan Bapak Tua yang ditemuinya.

Ia yang menunggang unta dan membawa perbekalan saja, masih merasa khawatir selama dalam perjalanan yang begitu jauh dan berbahaya. Siapapun tak akan sanggup menempuh perjalanan sejauh itu dengan berjalan kaki. Apa ia tidak salah bicara ? Atau memang orang tua itu sudah terganggu ingatannya ?

“Aku juga berkendaraan,” kata Bapak Tua itu mengejutkan.

Si Pemuda yakin kalau dari kejauhan tadi, ia melihat orang tua itu berjalan sendirian tanpa kendaraan apa pun. Tapi, Bapak Tua itu malah mengatakan dirinya memakai kendaraan.

Orang ini benar-benar sudah tidak waras. Ia merasa memakai kendaraan, padahal aku lihat ia berjalan kaki ... pikir si Pemuda geli.

“Apa Bapak yakin kalau Bapak memakai kendaraan ?” tanya Sang Pemuda itu menahan senyumnya.

“Kau tidak melihat kendaraanku ?” orang tua itu malah mengajukan pertanyaan yang membingungkan. Si Pemuda, kini tak dapat lagi menyembunyikan kegeliannya.

“Kalau begitu, apa kendaraan yang Bapak pakai ?” tanyanya sambil tersenyum.

Orang tua itu termenung beberapa saat. Pandangannya menyapu padang pasir yang luas. Dengan sabar, si Pemuda menunggu jawaban yang akan keluar dari mulut orang tua itu. Akankah ia mampu menjawab pertanyaan tadi ?

“Kalau aku melewati jalan yang mudah, lurus, dan datar, kugunakan kendaraan bernama Syukur. Jika aku melewati jalan yang sulit dan mendaki, kugunakan kendaraan bernama Sabar,” jawab orang tua itu tenang.

Si Pemuda ternganga dan tak berkedip mendengar kata-kata orang tua itu. Tak sabar, pemuda itu ingin segera mendengar kalimat selanjutnya dari lelaki tua tersebut.

“Jika takdir menimpa dan aku tidak sampai ke tujuan, kugunakan kendaraan Ridha. Kalau aku tersesat atau menemui jalan buntu, kugunakan kendaraan Tawakkal. Itulah kendaraanku menuju Baitullah,” kata Bapak Tua itu melanjutkan.

Mendengar kata-kata tersebut, Pemuda merasa terpesona. Seolah melihat untaian mutiara yang memancar indah. Menyejukkan hati yang sedang gelisah, cemas, dan gundah. Perkataan orang tua itu amat meresap ke dalam jiwa anak muda tersebut.

“Maukah Bapak naik kendaraanku? Kita dapat pergi ke Baitullah bersama-sama,” ajak si Pemuda dengan sopan. Ia berharap akan mendengarkan untaian-untaian kalimat mutiara yang menyejukkan jiwa dari orang tua itu.

“Terima kasih Nak, Allah sudah menyediakan kendaraan untukku. Aku tak boleh menyia-nyiakannya. Dengan ikut menunggang kendaraanmu, aku akan menjadi orang yang selamanya bergantung kepadamu,” sahut orang tua itu dengan bijak, seraya melanjutkan perjalanannya.

Ternyata, orang tua itu adalah Ibrahim bin Adham, seorang ulama yang terkenal dengan kebijaksanaannya.

Hikmah :

Untuk menjalani perjalanan kehidupan yang kita lalui ini. Bukan mobil mewah yang kita butuhkan sebagai kendaraan kita. Bukan pula harta melimpah yang kita butuhkan untuk bekal mengarungi kehidupan ini.
Cukup hati yang lapang, yang dapat menampung segala kemungkinan keadaan. Menyediakan bahan bakar Syukur, Sabar, Ridha dan Tawakkal. Hidup akan terasa lebih indah jika merasa bahagia.

LAWANG SEWU

LAWANG SEWU adalah nama sebuah gedung kuno di kota Semarang. Dibangun pada tahun 1904 oleh Belanda, Lawang Sewu dulunya berfungsi sebagai kantor perusahaan kereta api Belanda. Nama Lawang Sewu yang berarti seribu pintu berasal dari bentuk bangunannya yang mempunyai banyak pintu dan jendela. Yang menarik dari Lawang Sewu adalah suasana mistisnya yang dilengkapi dengan arsitektur megah khas jaman dahulu. Gedung Lawang Sewu juga mempunyai lantai bawah tanah yang dulunya difungsikan sebagai penjara. Harga tiket masuk Lawang Sewu adalah 10,000 Rupiah. Terletak di bundaran Tugu Muda yang dahulu disebut Wilhelminaplein.Masyarakat setempat menyebutnya Lawang Sewu (Seribu Pintu) dikarenakan bangunan tersebut memiliki pintu yang sangat banyak. Kenyataannya, pintu yang ada tidak sampai seribu. Bangunan ini memiliki banyak jendela yang tinggi dan lebar, sehingga masyarakat sering menganggapnya sebagai pintu (lawang).

Bangunan kuno dan megah berlantai dua ini setelah kemerdekaan dipakai sebagai kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia. Selain itu pernah dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam IV/Diponegoro) dan Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Perhubungan Jawa Tengah. Pada masa perjuangan gedung ini memiliki catatan sejarah tersendiri yaitu ketika berlangsung peristiwa Pertempuran lima hari di Semarang (14 Oktober - 19 Oktober 1945). Gedung tua ini menjadi lokasi pertempuran yang hebat antara pemuda AMKA atau Angkatan Muda Kereta Api melawan Kempetai dan Kidobutai, Jepang. Maka dari itu Pemerintah Kota Semarang dengan Surat Keputusan Wali Kota Nomor. 650/50/1992, memasukan Lawang Sewu sebagai salah satu dari 102 bangunan kuno atau bersejarah di Kota Semarang yang patut dilindungi.

Saat ini bangunan tua tersebut telah mengalami tahap konservasi dan revitalisasi yang dilakukan oleh Unit Pelestarian benda dan bangunan bersejarah PT Kereta Api Persero

Sejarah 

Bangunan Lawang Sewu dibangun pada 27 Februari 1904 dengan nama lain Het hoofdkantor van de Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (Kantor Pusat NIS). Awalnya kegiatan administrasi perkantoran dilakukan di Stasiun Semarang Gudang (Samarang NIS), namun dengan berkembangnya jalur jaringan kereta yang sangat pesat, mengakibatkan bertambahnya personil teknis dan tenaga administrasi yang tidak sedikit seiring berkembangnya administrasi perkantoran.

Pada akibatnya kantor NIS di stasiun Samarang NIS tidak lagi memadai. Berbagai solusi dilakukan NIS antara lain menyewa beberapa bangunan milik perseorangan sebagai solusi sementara yang justru menambah tidak efisien. Apalagi letak stasiun Samarang NIS berada di dekat rawa sehingga urusan sanitasi dan kesehatan pun menjadi pertimbangan penting. Maka, diusulkanlah alternatif lain: membangun kantor administrasi di lokasi baru. Pilihan jatuh ke lahan yang pada masa itu berada di pinggir kota berdekatan dengan kediaman Residen. Letaknya di ujung Bodjongweg Semarang (sekarang Jalan Pemuda), di sudut pertemuan Bodjongweg dan Samarang naar Kendalweg (jalan raya menuju Kendal).

NIS mempercayakan rancangan gedung kantor pusat NIS di Semarang kepada Prof. Jacob F. Klinkhamer (TH Delft) dan B.J. Quendag, arsitek yang berdomisili di Amsterdam. Seluruh proses perancangan dilakukan di Belanda, baru kemudian gambar-gambar dibawa ke Kota Semarang. Melihat dari cetak biru Lawang Sewutertulis bahwa site plan dan denah bangunan ini telah digambar di Amsterdam pada tahun 1903. Begitu pula kelengkapan gambar kerjanya dibuat dan ditandatangani di Amsterdam tahun 1903.